Selasa, 22 Mei 2018

METIL ESTER DARI MINYAK JELANTAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberihkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kimia Organik ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam tak lupa pula disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan di zaman modern ini.
Terima kasih kami kepada dosen mata kuliah Kimia Organik yang telah membimbing kami dalam mata dalam mata kuliah ini, serta para asisten yang telah mengajarkan kami tentang mata kuliah ini, semoga Allah SWT membalas pahala mereka dengan berlipat ganda.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan agar kedepannya laporan yang ada menjadi lebih baik.



Bandung , 17 Mei 2018


            Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................1
Daftar Isi....................................................................................2
Daftar Tabel IV.1...............................................................................10
BAB I    Pendahuluan.................................................................3
1.1  Latar Belakang.........................................................3
1.2  Tujuan Percobaan....................................................3
 BAB II    Dasar Teori...................................................................4
 BAB III   Metodologi Percobaan................................................8
3.1 Alat-alat yang digunakan..........................................8
3.2 Bahan-bahan yyang digunakan.................................8
3.3 Prosedur Percobaan................................................9
 BAB IV   Analisa Data Dan Pembahasan......................................10
 BAB V    Jawaban Pertanyaan.....................................................12
 BAB VI   Kesimpulan....................................................................13
 Daftar Pustaka.............................................................................13
 Lampiran.....................................................................................14





BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metil ester lemak merupakan senyawa ester alkil yang berasal dari minyak nabati dengan alkohol yang dihasilkan melalui proses esterifikasi/transesterifikasi dan mempunyai sifat fisika mendekati minyak solar diesel. Secara umum, metil ester dibuat dari reaksi transesterifikasi, yakni reaksi alkohol dengan trigliserida membentuk metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Namun, reaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam trigliserida. Reaksi esterifkasi merupakan merupakan suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan bantuan katalis asam. Dalam penelitian ini, bahan baku CPO Off Grade lapisan atas dengan kadar asam lemak bebas sebesar 5.838 %. Dan pengertian esterifikasi diacu sebagai reaksi antara asam lemak bebas dengan alcohol membentuk metil ester dan air dengan bantuan katalis asam. Untuk mendapatkan yield yang baik, dalam laporan ini dilakukan metode reaksi bertahap, yakni reaksi esterifikasi, kemudian diikuti dengan reaksi transesterifikasi. Penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan 200gr trigliserida dan metanol dengan bantuan katalis asam pada tahap esterifikasi dan katalis basa pada tahap transesterifikasi. Metode yang digunakan pada tahap esterifikasi adalah dengan memvariasikan komposisi metanol-asam sulfat dalam reaksi, yang nantinya dari tiap sampel dapat dianalisis densitas, pH, FFA, dan API 60oF. Melalui percobaan di dapat bahwa komposisi terbaik untuk mengkonversi asam lemak bebas dalam trigliserida menjadi metil ester adalah komposisi pada sampel 2. Untuk selanjutnya, digunakan sampel 2 sebagai bahan baku tahap transesterifikasi.. Metode yang dilakukan pada tahap transeterifikasi adalah memvariasikan rasio trigliseridametanol dengan rasio mol 1 : 2, 1 : 4, dan 1 : 6 dengan jumlah katalis KOH 0.8 %, 1%, dan 1.2 % pada masing-masing rasio yang nantinya dari tiap sampel dapat dianalisis kadar air, FFA, pH, dan angka penyabunan. Melalui percobaan didapat yield yang paling baik pada rasio 1 : 6 dengan jumlah KOH 1 %, yakni sebesar 81,94 % atau 163.88 gram. Kata kunci : Metil esteri,esterifikasi, transesterifikasi, CPO Off Grade.
       1.2 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memhami pembuatan metil ester
BAB II
DASAR TEORI
Metil ester lemak merupakan senyawa ester alkil yang berasal dari minyak nabati dengan alkohol yang dihasilkan melalui proses esterifikasi/transesterifikasi dan mempunyai sifat fisika mendekati minyak solar diesel. Secara umum, metil ester dibuat dari reaksi transesterifikasi, yakni reaksi alkohol dengan trigliserida membentuk metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Namun, reaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam trigliserida. Reaksi esterifkasi merupakan merupakan suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan bantuan katalis asam. Dalam penelitian ini, bahan baku CPO Off Grade lapisan atas dengan kadar asam lemak bebas sebesar 5.838 %. Dan pengertian esterifikasi diacu sebagai reaksi antara asam lemak bebas dengan alcohol membentuk metil ester dan air dengan bantuan katalis asam. Untuk mendapatkan yield yang baik, dalam laporan ini dilakukan metode reaksi bertahap, yakni reaksi esterifikasi, kemudian diikuti dengan reaksi transesterifikasi.
Bahan bakar nabati (BBN) - bioethanol dan biodiesel - merupakan dua kandidat kuat pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Otto dan Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
Saat ini pengembangan bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan bakar fosil terus dilakukan. Biofuel akan menggantikan premium, solar, maupun kerosin atau minyak tanah. Pemerintah mentargetkan antara tahun 2009-2010 komposisi biofuel dan bahan bakar fosil mencapai 15 persen berbanding 85 persen. Kebutuhan nasional untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per tahun. Akan tetapi keterbatasan bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan berbagai industri.
Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-macam minyak nabati, misalnya di jerman diperoleh dari minyak rapessed, di Eropa diperoleh dari minyak biji bunga mataharprni dan minyak rapessed, di prancis dari itali diperoleh dari minyak biji bunga matahari, di Amerika Serikat dan Brazil diperoleh dari minyak kedelai, di Malaysia diperoleh dari minyak kelapa sawit, dan di Indonesia diperoleh dari minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar, minyak kelapa, dan minyak kedelai (2,3,4). Selain minyak-minyak tersebut, minyak safflower, minyak linsedd, dan minyak zaitun juga dapat digunakan dalam pembuatan senyawa metal ester (4,5). Pada pengolahan minyak nabati di atas juga di hasilkan gliserol sebagai hasil sampingnya.
Metil ester merupakan bahan baku dalam pembuatan biodiesel atau emollen dalam produk kosmetika, sedangkan gliserol dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai aplikasi industri seperti kosmetika, sabun, dan farmasi. Gliserol yang diperoleh sebagai hasil samping pengolahan minyak nabati ini bukanlah gliserol murni, melainkan gliserol mentah (crude glycerol), biasanya memiliki kemurnian kira-kira 95%.
Minyak jelantah merupakan minyak nabati yang telah mengalami degradasi kimia dan/atau mengandung akumulasi kontaminan-kontaminan di dalamnya. Minyak ini dapat didaur ulang menjadi metil ester dengan reaksi transesterifikasi, sehingga minyak jelantah yang sebelumnya merupakan limbah yang berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan dapat menjadi suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis dan juga dapat mengurangi jumlah limbah minyak jelantah yang ada. Keuntungan penggunaan minyak jelantah dalam pembuatan metil ester adalah dapat direduksinya biaya operasional, karena harga minyak jelantah pasti lebih murah daripada minyak bersih atau minyak baru. Kekurangannya adalah komposisi asam lemak yang terkandung di dalam minyak dapat berubah akibat pemanasan dan terikat dengan bahan makanan yang digunakan pada proses penggorengan.
Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu formulasi kosmetika, salah satu contohnya yaitucaprylic atau caprylic triglyceride yang telah digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya juga dapat digunakan sebagai zat tambahan, baik sebagai emolien maupun fungsi lainnya.
Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan dan ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil ester yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi lapis tipis.





Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak jelantah adalah bahan bakar biodisel.


Metanol, juga dikenal sebagai metil alkoholwood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari  menjadi karbon dioksida dan air.
Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri; Penambahan "racun" ini akan menghindarkan industri dari pajak yang dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan utama untuk minuman keras (minuman beralkohol). Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida; kemudian, gas hidrogen dan karbon monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya adalah endotermik dan tahap sintesisnya adalah eksotermik.


Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustiksoda api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutanalkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertastekstilair minumsabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutanKOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.


Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi.


Prinsip kerja :
·         Hot plate magnetic stirrer digunakan untuk memasak/ meramu segala macam bahan nutrisi dengan melibatkan pengaduk dan pemanas.
·         Pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat ini bersumber pada energi listrik.
·         Besarnya kecepatan pengaduk dan pemanasan dapat diatur berdasarkan keperluan.
·         Memanaskan (plate) yang terdapat dalam alat inisehingga mampu mempercepat proses homogenisasi
Magnetic Stirrer merupakan suatu alat yang digunakan untuk pengadukan cairan kimia yang menggunakan putaran medan magnet untuk memutar stir bars (juga disebut “flea”) sehingga membantu proses homogenisasi. Beberapa analisa suatu bahan / sampel kimia, pembuatan suatu reagent, atau larutan analit terkadang membutuhkan proses pengadukan. Seperti namanya, alat ini tidak dapat dilepaskan dengan magnetic bar yang berfungsi untuk melakukan pengadukan tersebut. Pemilihan dari magnetic bar ini juga harus diperhatikan. Jangan terlalu kecil tetapi juga jangan terlalu besar.



BAB III



·         Minyak jelantah
·         NaOH
·         Metanol
·         Indikator phenophtalin


·         Beaker glass 600 ml
·         Gelas ukur 50 ml
·         Labu pemisah
·         Viskometer
·         Neraca analitik
·         Stop watch
·         Gelas ukur 500 ml
·         Buret
·         Hot plate dan stirrer
·         Pipet tetes
·         Thermometer
·         Labu erlenmeyer
·         Statif dan klem


·         Timbang 1 gram NaOH yang telah dihaluskan dan larutkan dengan 20 ml metanol. Aduk dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua. Tempatkan pada beaker glass 250 ml.
·         90 ml sampel minyak dipanaskan diatas hot plate dan aduk dengan stirrer kira-kira 75-150 rpm, hingga mencapai suhu 45-55°C.


·         Tambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada langkah pertama kedalam minyak yang telah dipanaskan dan pertahankan suhu pengadukan 55°C. Lakukan penambahan larutan ini sedikit demi sedikit. Hitung waktu pengadukan hingga 45 menit, setelah semua natrium metoksida bercampur semua.
·         Pindahkan metil ester ke dalam corong pisah dan diamkan hingga terbentuk dua lapisan selama  10-15 menit, lalu keluarkan lapisan bawahnya.
·         Masukan metil ester ke beaker glass dan lakukan pemurnian dengan memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metil ester hingga suhu 60°C, tuangkan metil ester ke dalam aquadest aduk perlahan selama 10 menit.
·         Pindahkan metil ester dan aquadest ke dalam corong pisan dan biarkan hingga dua lapisan, kemudian lapisan bawahnya dikeluarkan.
·         Hitung volume yield yang didapat.


BAB IV



Berat NaOH                          : 1 gram
Volume Metanol                   : 20 ml
Volume Minyak                    : 90 ml
Volume Metil Ester              : 84,5 ml        

Minyak
Waktu (menit)
Temperatur
00.00
40°C
03.20
53°C
 04.10
55°C
Minyak + Metanol
Waktu (menit)
Temperatur
00.00
55°C
00.21
57°C
 01.10
60°C

Aquadest
Waktu (menit)
Temperatur
00.00
29°C
03.10
48°C
 04.14
55°C
04.24
60°C


Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan Metil Ester. Setelah melakukan percobaan “Pembuatan Metil Ester” dapat dianalisa bahwa bahan baku dalam praktikum ini yaitu minyak jelantah, metanol dan NaOH. Pertama kali yang harus dilakukan yaitu larutkan NaOH (yang telah dihaluskan) dengan 20 ml Metanol, lalu aduk dengan stirrer sampai semuanya larut dan masukan kedalam beaker glass. NaOH disina bertindak sebagai katalis pada pembuatan metil ester. Metil  ester digunakan sebagai biodisel atau bahan bakar alternatif menggunakan proses transesterifikasi.
Kedua, panaskan 90 ml minyak jelantah diatas hot plate dan aduk dengan stirrer kira-kira 75-150 rpm sampai mencapai suhu 45-55°C dan berubah warna menjadi warna kuning kecoklatan. Pada proses pengadukan dan pemanasan ini karena kecepatan putaran pengadukan berpengaruh terhadap rendeman pada proses despicing dan netralisasi minyak goreng bekas atau minyak jelantah.
Ketiga, tambahkan natrium metoksida (langkah pertama) kedalam minyak yang telah dipanaskan. Lakukan pemanasan sedikit demi sedikit. Dapat dihasilkan pada menit ke-04.10 suhu ke 55°C natrium metoksida bercampur dan dapat diamati terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna coklat kemerahan dan lapisan bawah endapan berwarna coklat kehitaman.
Keempat, pindahkan metil ester kedalam corong pisah dan diamkan sampai terbentuk dua lapisan selama  10-15 menit. Proses ini terdapat 2 lapisan, lapisan atas coklat kemerahan dibawah berwarna coklat Kehitaman dan membuang bagian bawahnya.
Kelima, masukan metil ester ke beaker glass dan lakukan pemurnian dengan memanaskan aquadest sebanyak 42,25 ml dari 50% volume metil ester hingga suhu 60°C,tuangkan metil ester kedalam aquadest aduk perlahan selma 10 menit. Minyak menjadi lebih jernih.
Keenam, pindahkan metil ester dan aquadest kedalam corong pisah dan biarkan hingga terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnya keluarkan. Pada percobaan ini, kami kesulisan untuk membedakan lapisan atas dengan lapisan bawah dikarenakan ketika pengocokannya konstata sehingga warnanya sulit untuk dibedakan.
Ketujuh, lakukan titrasi dua kali. Pertama dengan 24 ml NaOH dan berubah warna merah muda atau pink setelah 2 ml NaOH di teteskan. Kedua, dengan 26 ml NaOH dan berubah warna merah muda atau pink setelah 2,9 ml NaOH di teteskan.

4.3.        Perhitungan kadar FFA
1.   

3.    Kemurnian rata-rata :




1.    Tuliskan mekanisme reaksi percobaan ini?
Jawaban : reaksi esterifikasi berlangsung lambat dan dapat balik (reversible). Persamaan untuk reaksi antara sebuah asam RCHOOH dengan sebuah alkohol ROH (dimana R dab R bisa sama atau berbeda).

2.    Terangkan prinsip reaksi tran-esterifikasi?
Jawaban : Trans-esterifikasi ( alkoholisis ) adalah tahap konversi dari trigliserida menjadi alkil ester melalui reaksi dengan alkohol dan produk samping gliserol. Reaksi ini sama dengan reaksi esterifikasi namun yang bereaksi sebagai asamnya adalah trigliserida. Gugus alkil dari trigliserida ini diganti dengan rantai karbon yang mengikat gugus hidroksil. Sehingga hasilnya menjadi metil ester dan gliserol.

3.    Mengapa dilakukan pengadukan pada 75-150 rpm? Apa yang terjadi jika pengadukan lebih dari 150 rpm?
Jawaban : Karena pada kecepatan pengadukan kira-kira 75-150 rpm dapat melarutkan produk-produk samping hasil dari reaksi diatas. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemurnian yang didapat dari metil ester. Jika pengadukan dilakkuakn dengan kecepatan melebihi dari 150 rpm makan produk justru akan ikut tercampur sehingga akan menyulitkan pada saat proses pemisahannya.

4.    Mengapa harus dilakukan pemurnian dengan air panas? Apa gunanya?
Jawaban : Pemurnian tersebut dilakukan untuk melarutkan produk-produk samping dari hasil rekasi trans-esterifikasi yang kami lakukan, sehingga kami akan mendapat metil ester dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Kegunaan dari pemurnian ini adalah untuk mendapatkan metil ester dengan tingkat kemurnian yang tinggi dan mengandung sedikit produk samping hasil reaksi.

5.    Apa kegunaan metil ester?
Jawaban : Metil ester atau biodiesel berfungsi sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar diesel. Biodiesel yang dibuat dari minyak jelantah ini dapat mengurangi kebutuhan dari bahan bakar diesel, sehingga dapat memperkecil krisis bahan bakar yang terjadi di masyarakat.



BAB VI


Metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak dengan methanol. Pembuatan metal ester ada empat macam cara, yaitu pencampuran dan penggunaan langsung, mikroemulsi, pirolisis (thermal cracking), dan transesterifikasi
Dari data percobaan diatas dapat disimpulkan :
Berat NaOH                          : 1 gram
Volume Metanol                   : 20 ml
Volume Minyak                    : 90 ml
Volume Metil Ester              : 84,5 ml        
Nilai FFA                               : 0,012%




DAFTAR PUSTAKA

Febnita Eka Wiyanti, 2008. Pemanfaatan minyak, jakarta. MFIPA UI.
http://aya-snura.blogspot.co.id/2012/06/pembuatan-metil-ester.html
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/52-150-1-PB.pdf
Susila Arita, Meta Berlian Dara, Jaya Irawan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aminoglikosida